[ad_1]
Selama beberapa hari terakhir, bagian barat laut India telah dilanda gelombang dingin atau kondisi gelombang dingin yang parah. Situasi ini kemungkinan akan berlanjut di Kawasan Ibu Kota Nasional selama tiga hari ke depan. Dengan merkuri yang mencelupkan, para tunawisma di Delhi telah menggunakan tempat penampungan malam gratis yang didirikan oleh Delhi Urban Shelter Improvement Board (DUSIB), yang, pada tanggal 30 Desember, memiliki rumah penampungan (gedung RCC, kabin porta, tenda dan bangunan sementara) di 281 lokasi untuk 8.299 orang. Menurut DUSIB, pada Selasa malam, 6.509 orang tinggal di rumah singgah tersebut.
Namun, mendirikan rumah penampungan saja tidak cukup. Menurut laporan ThePrint, sebuah portal berita, fasilitas di banyak tempat penampungan —- tempat tidur, toilet dan air —- tidak memadai. Berkat Covid-19 dan norma jarak sosial, tempat penampungan DUSIB ini sekarang terpaksa menerima lebih sedikit orang. Sebuah studi oleh Housing and Land Rights Network (HLRN), sebuah organisasi nirlaba, juga menemukan banyak hunian yang tidak berfungsi. Ada juga perbedaan dalam jumlah tunawisma. Menurut HLRN, jumlah tunawisma di Delhi pada titik tertentu adalah sekitar 150.000-200.000. DUSIB mengklaim bahwa survei tahun 2014 menunjukkan 16.000-17.000. Perbedaan angka menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk menilai angka yang benar dan kemudian meninjau pengaturan yang dibuat untuknya.
Masalah tunawisma dan tempat penampungan merupakan gejala dari masalah yang lebih besar: Kurangnya perumahan yang layak dan aman. Akses terhadap perumahan (termasuk perumahan sewa sosial dan hostel) dengan fasilitas yang memadai (air, listrik, sanitasi) dan akses ke pembiayaan perumahan yang terjangkau, termasuk sewa dan kepemilikan, sangat penting. Tujuan The Centre untuk menyediakan perumahan bagi semua orang pada tahun 2022 merupakan langkah yang tepat karena bagi setiap warga negara, perumahan yang aman berarti pendapatan, keamanan, dan masa depan.
Published By : Singapore Prize